Minyak Jelantah Jadi Rupiah: Sinergi PKK Batang dan PT GML untuk Lingkungan Lebih Baik

Kamis, 12 Juni 2025 - 01:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penandatanganan MoU Program 'Minyak Jelantah Jadi Rupiah' antara TP PKK Kabupaten Batang dengan PT Gapura Mas Lestari di Pendopo Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu, 11 Juni 2025.(Foto: istimewa)

Penandatanganan MoU Program 'Minyak Jelantah Jadi Rupiah' antara TP PKK Kabupaten Batang dengan PT Gapura Mas Lestari di Pendopo Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu, 11 Juni 2025.(Foto: istimewa)

BATANG, MERCINEWS.COM – Sebuah program inovatif bertajuk ‘Minyak Jelantah Jadi Rupiah’ resmi diluncurkan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Program ini merupakan hasil sinergi antara Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang dan PT Gapura Mas Lestari (GML) dalam rangka menciptakan solusi lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Program ini mendorong warga untuk mengumpulkan minyak goreng bekas (jelantah), yang kemudian dibeli oleh PT GML untuk diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Melalui inisiatif ini, limbah rumah tangga tidak lagi dibuang sembarangan, melainkan diubah menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat.

Peluncuran program dilakukan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Pendopo Kabupaten Batang pada Rabu (11/6/2025), bertepatan dengan rangkaian acara edukasi keuangan syariah bertema “Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah (Secantiks)”, yang mengangkat tema “Wujudkan Mimpi, Melangkah Pasti, Perkuat Financial Literacy”.

Ketua TP PKK Kabupaten Batang, Faelasufa Faiz, menjelaskan bahwa program ini digerakkan oleh kader-kader PKK hingga tingkat desa. Tidak hanya fokus pada edukasi, mereka juga aktif mengoordinasi pengumpulan minyak jelantah dari rumah tangga maupun pelaku UMKM.

“Hingga saat ini, kami telah mengumpulkan sekitar 1.000 kilogram minyak jelantah dari dua kecamatan, yakni Tulis dan Kandeman, yang sudah memiliki fasilitas bank sampah. Minyak tersebut dijual ke PT GML dengan harga Rp7.000 per kilogram. Hasilnya dibagi antara kas PKK kecamatan dan warga pengumpul,” jelas Faelasufa.

Ia menambahkan, jika program ini menunjukkan hasil positif, maka akan diperluas ke seluruh 15 kecamatan di Kabupaten Batang pada tahun 2026.

Sebagai mitra utama, PT Gapura Mas Lestari (GML) berkomitmen untuk tidak hanya membeli minyak jelantah dari warga, tetapi juga mengolahnya secara profesional menjadi bahan bakar ramah lingkungan.

Baca Juga:  Jalan Tol Sibanceh dilintasi 1.700 kendaraan per hari

Perusahaan ini sebelumnya telah menjadi eksportir minyak jelantah untuk kebutuhan bioavtur (bahan bakar pesawat), dan kini meningkatkan teknologi penyaringan untuk mengurangi kandungan kotoran dari 2% menjadi hanya 0,2%.

CEO PT GML, Heru Fidiyanto, menyampaikan apresiasi atas langkah progresif yang dilakukan oleh PKK Batang.

“Program ini adalah bentuk nyata kontribusi masyarakat terhadap lingkungan. Selain mencegah bahaya penggunaan ulang minyak goreng yang berisiko bagi kesehatan, masyarakat juga diberdayakan secara ekonomi. Ini bisa jadi percontohan nasional,” ujar Heru.

PT GML saat ini juga telah bekerja sama dengan berbagai brand besar, seperti Hoka-Hoka Bento, A&W, Sushi Tei, Boga Group, hingga Dua Kelinci dan sejumlah hotel ternama.

Dampak langsung di warga 

Program ini langsung mendapat sambutan positif dari masyarakat. Ana dan Sri, warga Desa Beji, mengaku kini rutin mengumpulkan minyak bekas di rumah untuk dijual melalui kader PKK.

Baca Juga:  Kilang Pertamina di Dumai Meledak, 5 orang Terluka dan Rumah hingga Masjid Rusak

Dulu minyak bekas kami buang. Sekarang bisa dikumpulkan, dijual, dan hasilnya bisa tambah uang belanja,” ujar Ana.

Sementara itu, anggota Pokja 3 PKK Kecamatan Tulis, Sofi Minarni, mengungkapkan bahwa dalam dua pekan terakhir mereka berhasil mengumpulkan 40 kilogram minyak jelantah dari warga.

“Ini bukan cuma soal tambahan pendapatan, tapi juga cara mengedukasi masyarakat agar tidak membuang limbah sembarangan,” ujarnya.

Program “Minyak Jelantah Jadi Rupiah” menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara organisasi masyarakat dan dunia usaha bisa menciptakan solusi kreatif yang berdampak ganda, memberdayakan ekonomi keluarga sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Jika terus diperluas, program ini berpotensi menjadikan Kabupaten Batang sebagai pelopor gerakan ekonomi hijau berbasis komunitas di Indonesia.(rkm)

Berita Terkait

Garuda Indonesia Utamakan Efisiensi, Glenny Tunda Penambahan Pesawat Baru
Penguatan Internet di Perbatasan Jadi Sorotan dalam Rakor Konektivitas Digital Kalbar
Qomafi Farm Dorong Inovasi, Peternakan Rakyat Kian Jadi Penopang Ekonomi Desa
Glenny Kairupan: Tambahan Modal dari Danantara Jadi Tonggak Transformasi Garuda Indonesia
Keraton Surakarta Sampaikan Undangan Jumenengan Pakoe Boewono XIV ke Sultan HB X
Kanwil Kemenkum Bali Terima Audiensi Sekda Badung Bahas Penyusunan Regulasi Kesehatan bagi Lansia
Kanwil Kemenkum Bali Bentuk ASN Berintegritas melalui Orientasi PPPK 2025
Visa Wisata Malah Dipakai untuk Kerja, WNA Prancis Dideportasi Imigrasi Ngurah Rai

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 14:32 WIB

Garuda Indonesia Utamakan Efisiensi, Glenny Tunda Penambahan Pesawat Baru

Jumat, 14 November 2025 - 21:31 WIB

Penguatan Internet di Perbatasan Jadi Sorotan dalam Rakor Konektivitas Digital Kalbar

Jumat, 14 November 2025 - 11:23 WIB

Qomafi Farm Dorong Inovasi, Peternakan Rakyat Kian Jadi Penopang Ekonomi Desa

Kamis, 13 November 2025 - 20:52 WIB

Glenny Kairupan: Tambahan Modal dari Danantara Jadi Tonggak Transformasi Garuda Indonesia

Rabu, 12 November 2025 - 21:36 WIB

Keraton Surakarta Sampaikan Undangan Jumenengan Pakoe Boewono XIV ke Sultan HB X

Berita Terbaru

Dr. M. Harry Mulya Zein.(Foto: Mercinews.com)

Opini

Putusan MK, Ingatkan Polri Gunakan Manajemen Talenta

Minggu, 16 Nov 2025 - 13:20 WIB