Jakarta, Mercinews.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, gempa dahsyat di Turki berpotensi terjadi di Indonesia.
Dwikorita memberikan warning atau peringatan untuk mewaspadai potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi.
Semua paparan ini bukan untuk menakuti. Tapi untuk edukasi. Kepala daerah harus memperhatikan tata ruang, building code. Sekolah, rumah sakit harus aman dari gempa,” kata Dwikorita dalam acara Seminar Nasional yang digelar di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun topik acara ini ‘Mitigasi Bencana Secara Cepat sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya’.
Mulanya, Dwikorita yang hadir secara daring menjelaskan peristiwa gempa Turki terjadi akibat patahan yang ada di darat.
Menurut dia, ada dua patahan lempeng yang terjadi pada gempa Turki, yakni patahan East Anatolian yang bergerak dengan skala lebih dari 7 skala richter, dan dilanjutkan beberapa jam kemudian dengan patahan lainnya di North Atatolian.
“Sehingga ada 3 gempa terjadi dalam waktu hampir bersamaan, maka daya rusaknya tinggi,” ujar Dwikorita.
Setelah itu, Dwikorita menjabarkan bagaimana Indonesia menghadapi potensi gempa kuat yang dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif.
Ia memaparkan sejumlah daerah yang potensial menghadapi potensi bencana itu, di mana yang terdekat dari Jakarta adalah di zona Sesar Cimandiri.
Pada zona ini, khususnya Palabuhan Ratu dan Sukabumi, terdapat Segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala yang berarah Timurlaut-Baratdaya dan menerus ke Teluk Pabuhan Ratu.
Sedangkan, zona sesar utama Cimandiri sangat berdekatan dengan jalur Sesar Citarik dan Sesar Cipamingkis yang semua merupakan jalur sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini,” kata Dwikorita.
Selain zona tersebut, Dwikorita menyebutkan zona Sesar Semangko, khususnya Kota Bandar Lampung dan Kotaagung dekat Segmen Kumering Utara, Kumering Selatan, Semangko Barat, dan Semangko Timur berarah Baratlaut-Tenggara dan menerus ke Teluk Semangko.
Zona sesar utama Semangko ini dekat jalur Sesar Semangko Graben dan Sesar Ujung Kulon yang semua merupakan sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi dan saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks seperti di Jalur Sesar Semangko di Selat Sunda ini,” tutur Dwikorita.
Sementara itu, lanjut dia, potensi gempa kuat dipicu aktivitas multi segmen sesar aktif juga dapat terjadi di Kota Banda Aceh. Menurut dia, di zona ini terdapat Segmen Aceh dan Seulimeum.
Ia menyatakan, zona sesar utama ini sangat berdekatan dengan jalur Sesar Pidie Jaya, Batee, Tripa, dan Peusangan vang semua merupakan jalur sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks di wilayah ini,” bebernya.
Atas potensi itu, BMKG disebut mendorong penguatan kajian getaran tanah (ground motion). Ia menjelaskan, hal itu perlu dilakukan dalam rangka memperkuat peringatan dini gempa bumi. Sehingga, lanjut dia, tata ruang kota juga bisa disiapkan.
Selain itu, Dwikorita juga menjelaskan penegakkan aturan konstruksi bangunan tahan gempa dengan building code. “Pemda untuk segera mengecek bangunan, konstruksinya apakah sudah tahan gempa.
Pupera dan kampus teknik bisa bantu. Kalau ketahuan ada tak tahan gempa, mohon perkuat. Ada teknologinya,” ungkapnya.
IMB dan tata ruang ditetapkan ketat. Kalau zona merah jangan dibangun, sebab nanti jadi kuburan massal.
Zona orange dan kuning, boleh dibangun namun syaratnya harus ketat,” tambah dia.
Namun, yang paling penting menurutnya yaitu pentingnya edukasi, literasi, serta advokasi secara inklusif dan berkelanjutan sejak dini guna mitigasi bencana.(M/c)