Mercinews.com – Tetangga RI berencana membeli 220 peluru kendali (rudal) dari Amerika Serikat (AS). Ini merujuk ke Australia yang ingin membeli rudal jelajah Tomahawk.
Tomahawk adalah rudal jarak jauh dalam segala kondisi cuaca, yang memiliki kecepatan subsonik. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 oleh General Dynamics, rudal ini didesain untuk jarak menengah dan jauh, dan dapat diluncurkan dari darat dan bawah air.
Dilaporkan CNBC International, Jumat (17/3/2023), Kementerian Luar Negeri AS telah memberi persetujuan. Rudal Tomahwak tersebut akan dibeli seharga AU$ 1,3 miliar (Rp 13,3 triliun), dengan kontraktor utamanya adalah Raytheon Missiles and Defense yang berbasis di Arizona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional AS,” kata Kemlu AS dalam sebuah pernyataan.
“Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat,” ujarnya lagi.
Australia sendiri mengatakan pembelian itu sangat penting, terutama untuk menjaga keamanan Australia. Negeri Kanguru diketahui telah menyuarakan kekhawatiran akan China di Asia Pasifik.
“Memastikan kami memiliki rudal serang jarak jauh adalah kemampuan yang sangat penting bagi negara ini,” kata Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.
“Ini memungkinkan kami untuk dapat menjangkau lebih jauh di luar pantai kami, dan pada akhirnya itulah cara kami dapat menjaga keamanan Australia,” tambahnya.
“Kami tentu menginginkan kemampuan terbaik untuk Angkatan Pertahanan Australia, termasuk kemampuan untuk menyerang lawan sejauh mungkin dari daratan Australia,” kata Menteri Industri Pertahanan Australia Pat Conroy kepada Australian Broadcasting Corp.
“Rudal jelajah adalah bagian penting dari itu, seperti halnya kapal selam yang meluncurkannya,” ujarnya.
Sebelumnya, kesepakatan pembelian kapal selam nuklir telah dilakukan Australia dengan AS pekan lalu. Ini merupakan tindak lanjut bergabungnya Australia dengan AUKUS, aliansi militer antara Canberra, Washington dan Inggris.
Setidaknya akan ada lima kapal selam jenis Virginia dari AS ke Australia di 2030. Rudal Tomahawak sendiri bisa diluncurkan dari kapal selam itu.
Kekhawatiran pun muncul terutama dari badan atom internasional, yang mengawasi nuklir. Hal itu dapat membuka jalan bagi “aktor jahat” untuk menghindari pengawasan nuklir di masa depan.
Kritik Kerns disuarakan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi, minggu ini. Ia berjanji akan “sangat menuntut” dalam mengawasi rencana transfer dari AS ke Australia.
Pejabat Australia memperkirakan biaya kapal selam antara 268 miliar dan 368 miliar dolar Australia ($ 178- $ 245 miliar) selama tiga dekade.
Sejumlah ramalan muncul soal perang dunia ke-3. Beberapa mengaitkan dengan perang Rusia di Ukraina yang menyeret AS dan Barat.
Namun ada pula yang mengaitkannya dengan situasi China dan AS di Asia termasuk soal Taiwan. Australia sendiri adalah sekutu dekat AS.
(m/c)