Mercinews.com – Rusia kembali melancarkan serangan rudal besar-besaran di wilayah Ukraina. Kali ini, ada 10 wilayah miliki Kyiv yang melaporkan serangan rudal itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut rentetan serangan itu terjadi pada Kamis (9/3/2023) dini hari waktu setempat. Ia mencap serangan tersebut sebagai intimidasi bagi warga Ukraina.
“Para penjajah hanya bisa meneror warga sipil. Hanya itu yang bisa mereka lakukan,” ujar Zelensky dalam pernyataan online yang dikutip Associated Press (AP).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mencatat bahwa Rusia meluncurkan 81 rudal dan delapan drone Shahed yang meledak. Dari jumlah itu, 34 rudal berhasil dicegat, begitu pula empat drone.
Operator listrik swasta DTEK melaporkan bahwa tiga pembangkit listriknya terkena dampak. Tidak ada korban jiwa, tetapi perusahaan mengatakan peralatan rusak parah.
“Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, dibiarkan tanpa aliran air dan pemanasan setelah 15 rudal menghantam wilayah tersebut,” tambah keterangan walikota Kharkiv Ihor Terekhov kepada penyiar publik Ukraina.
Lima orang tewas di wilayah Lviv setelah rudal menghantam daerah pemukiman, kata Gubernur Lviv Maksym Kozytskyi. Tiga bangunan dihancurkan oleh api, dan petugas penyelamat menyisir puing-puing untuk mencari lebih banyak korban.
Perang sebagian besar telah menjadi jalan buntu di medan perang selama musim dingin. Pasukan Kremlin mulai menargetkan pasokan listrik Ukraina Oktober lalu dalam upaya nyata untuk melemahkan semangat penduduk sipil yang mendukung rezim Zelensky.
Serangan terbaru juga menyebabkan hampir separuh konsumen di Kyiv tanpa pemanas, dengan suhu wilayah itu mencapai sekitar 9 derajat Celcius.
“Di Ukraina Selatan, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, yang diduduki oleh pasukan Rusia, kehilangan daya akibat serangan rudal,” menurut operator nuklir negara Energoatom.
Ini adalah keenam kalinya pembangkit tersebut mengalami pemadaman listrik sejak diambil alih oleh Rusia beberapa bulan lalu. Ini memaksa pembangkit kekurangan tenaga, yang merupakan salah satu hal yang bertentangan dengan standar operasional fasilitas itu.
“Hitungan mundur telah dimulai,” tambah Energoatom.
Perang besar-besaran Rusia-Ukraina masih terus berlangsung meski telah memasuki lebih dari satu tahun. Pada 24 Februari 2022 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk masuk dan merebut beberapa wilayah di Timur Ukraina.
Dalam pidatonya setahun lalu itu, Putin menyatakan serangan itu sebagai ‘operasi militer’. Ia berdalih adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang dibeking Kyiv serta memaksa Ukraina untuk tidak bergabung ke NATO.