Kazakhstan, Mercinews.com – Perjanjian Istanbul antara Rusia dan Ukraina dapat menjadi dasar untuk melanjutkan dialog. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan hal ini pada Kamis, (4/7/2024).
“Perjanjian Istanbul tetap dibahas dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan negosiasi ini,” katanya pada pertemuan KTT SCO Plus di Astana Ibu kota Kazakhstan, Kamis.
Selain itu, pemimpin Rusia tersebut mengingatkan bahwa negaranya tidak pernah menyerah dalam perundingan perdamaian dan tetap siap untuk itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti yang dikatakan Putin, Ukrainalah yang menolak dialog, dan melakukan hal tersebut secara terbuka “atas perintah langsung dari London dan Washington.” Para pejabat Ukraina membicarakan hal ini secara langsung dan terbuka, tambah Presiden Rusia.
Sebelumnya, pada tanggal 30 Juni, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, yang masa jabatannya berakhir pada tanggal 20 Mei, mengumumkan kemungkinan negosiasi dengan Federasi Rusia dengan bantuan perantara.
Dia mengingatkan bahwa untuk menyelesaikan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, perjanjian yang ditandatangani pada 22 Juli 2022, Kyiv dan Moskow mencapai kesepakatan melalui mediasi Ankara dan PBB. Mekanisme ini bekerja selama kurang lebih satu tahun, yang menurut Zelensky merupakan waktu yang cukup lama.
Moskow telah berulang kali menunjukkan kesiapannya untuk berdialog. Putin mengatakan pada 14 Juni bahwa Rusia selalu mengupayakan perdamaian dan siap untuk duduk di meja perundingan bahkan besok.
Hal ini akan mungkin terjadi ketika Kyiv menarik pasukannya dari wilayah Rusia dan secara resmi membatalkan niatnya untuk berintegrasi ke dalam NATO, ujarnya.
Putaran perundingan terakhir berlangsung di Istanbul Turki pada 29 Maret 2022. Itu berlangsung sekitar tiga jam. Belakangan, Kyiv secara resmi meninggalkan kontak dengan Moskow.
Pada tanggal 4 Oktober tahun yang sama, keputusan Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina tentang ketidakmungkinan mengadakan negosiasi dengan Putin mulai berlaku.
Operasi khusus untuk melindungi Donbass, yang permulaannya diumumkan oleh Presiden Federasi Rusia pada 24 Februari 2022, terus berlanjut.
Keputusan itu diambil dengan latar belakang memburuknya situasi di wilayah tersebut akibat penembakan oleh militer Ukraina.
(m/ci)