Hamas dan Fatah Rapat di Beijing, Capai Sejumlah Kesepakatan untuk Bersatu

Selasa, 30 April 2024 - 23:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mercinews.com – Gerakan Fatah dan Hamas bertemu di Beijing, China, untuk mengakhiri perpecahan di antara mereka dan membahas rencana penyatuan pemerintahan Palestina.

“Perwakilan Gerakan Pembebasan Nasional Palestina dan Gerakan Perlawanan Islam baru-baru ini datang ke Beijing,” kata Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Selasa (30/4/2024).

Kedua pihak menyatakan keinginan politik untuk bersatu melalui dialog dan konsultasi di China sebagai tuan rumah dan mediator, seperti diberitakan Hong Kong Free Press.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Fatah dan Hamas sepakat untuk melanjutkan proses dialog ini dengan tujuan mencapai persatuan Palestina sejak dini,” ujar juru bicara itu.

“Kedua belah pihak sangat menghargai dukungan tegas China terhadap perjuangan adil rakyat Palestina dalam memulihkan hak-hak nasional mereka yang sah,” tambahnya.

Sebelumnya, Hamas dan Fatah berseteru dalam pertempuran sengit hingga Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007 dan Fatah bertahan untuk memerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel melalui Otoritas Palestina (PA).

Baca Juga:  MER-C Salurkan Bantuan 2000 Liter Air Bersih untuk Warga Gaza Setiap Hari

Pada tahun 2014, keduanya menandatangani perjanjian rekonsiliasi dan telah berulang kali mengupayakan rekonsiliasi setelah perpecahan pada 2007 lalu.

Dalam pertemuan hari ini, Hamas dan Fatah mencapai sejumlah kesepakatan, di antaranya:

1. Menekankan perlunya persatuan Palestina dan mengakhiri perpecahan di pemerintahan dengan PA sebagai satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina, dengan masuknya seluruh kekuatan termasuk faksi-faksi Palestina, dan lembaga-lembaganya, berdasarkan perjanjian sebelumnya

2. Memperkuat persatuan Palestina dengan bantuan China, yang akan membantu mengakhiri pendudukan Israel dan mendirikan negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem sesuai dengan resolusi internasional

3. Perlunya pembentukan pemerintahan konsensus nasional sementara (non-faksi) selama atau setelah agresi Israel berakhir, untuk melaksanakan tugas teknis dan administratif dalam memberikan bantuan, menghilangkan dampak agresi, membangun kembali Jalur Gaza, menyatukan lembaga-lembaga Palestina, dan mempersiapkan prosedur pemilihan umum yang akan menyingkirkan peran Israel dan Amerika Serikat (AS)

Baca Juga:  MER-C Hadiri Global Meeting EMT WHO 2024 di Abu Dhabi

4. Persatuan posisi Palestina mengenai perang di Jalur Gaza, menekankan pentingnya menghentikan perang genosida dan penarikan total tentara pendudukan dari Jalur Gaza, mengoordinasikan upaya nasional bersama untuk membawa bantuan dan pertolongan darurat ke Jalur Gaza, dan mengatur dengan otoritas terkait di Gaza (membentuk komite bilateral gabungan di Kairo untuk koordinasi dan tindak lanjut)

5. Menyetujui perlunya menghidupkan kembali komite bersama, mengatasi permasalahan yang kita hadapi, dan menghentikan pertukaran media

6. Mengkoordinasikan posisi dan upaya di Tepi Barat dan Yerusalem untuk menghadapi serangan pemukim Israel di desa-desa, kota-kota dan kompleks Masjid Al-Aqsa

7. Menekankan prioritas permasalahan tahanan Palestina di penjara Israel dan perlunya menjaga hak-hak serta mendukung mereka dalam menghadapi penyiksaan dan pelecehan yang paling mengerikan di dalam penjara Israel
Hal di atas merupakan agenda pertemuan selanjutnya pada tanggal 14 Juni 2024 di Beijing.

Mengapa Hamas dan Fatah Berseteru?

Baca Juga:  Putin akan Membuat kendaraan peluncuran super berat pada tahun 2024

Hamas dibentuk pada tahun 1987 sebagai gerakan perlawanan melawan pendudukan Israel di Palestina, selain gerakan Fatah.

Pada tahun 2005, Hamas memasuki politik Palestina.

Pada tahun 2006, Hamas mengikuti pemilu dan menang telak dalam pemilihan parlemen, mengalahkan Fatah.

Setelah itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, membentuk Otoritas Palestina (PA) baru pada 29 Maret 2006 dan mengajak faksi Palestina lain termasuk Fatah bergabung namun menolak.

Hamas dengan tegas menolak untuk mengakui Israel sesuai dengan persyaratan Kuartet (Uni Eropa, Rusia, PBB, dan AS) untuk Perdamaian Timur Tengah, dikutip dari Al Jazeera.

Israel, AS, dan negara-negara Uni Eropa menolak berunding dengan Hamas dan menjatuhkan sanksi.

Di sisi lain, Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas dekat dengan AS, sekutu Israel.

Situasi memburuk hingga berujung pada pengambilalihan Jalur Gaza oleh Hamas dan pemecatan para pejabat Fatah di Jalur Gaza pada tahun 2007. []

Berita Terkait

Ukraina Terima Gencatan Senjata 30 hari dengan Rusia
Pasukan Rusia Tangkap 430 Tentara Ukraina di Kursk
Houthi akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel
Gencatan senjata Gaza selesai, AS jalin dialog langsung dengan Hamas
Paus Fransiskus Tulis Surat di Tengah Sakit, Titip Pesan Damai ke Palestina
Zelensky terpilih, Putin menang hasil utama pertemuan di Gedung Putih
Pesawat Presiden Ukraina Zelenskyy mendarat di Inggris setelah berselisih dengan Trump
Presiden Ukraina Zelenskyy menolak meminta maaf setelah berdebat dengan Trump

Berita Terkait

Kamis, 13 Maret 2025 - 07:41 WIB

Ukraina Terima Gencatan Senjata 30 hari dengan Rusia

Kamis, 13 Maret 2025 - 07:20 WIB

Pasukan Rusia Tangkap 430 Tentara Ukraina di Kursk

Rabu, 12 Maret 2025 - 05:56 WIB

Houthi akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel

Kamis, 6 Maret 2025 - 16:23 WIB

Gencatan senjata Gaza selesai, AS jalin dialog langsung dengan Hamas

Minggu, 2 Maret 2025 - 20:41 WIB

Paus Fransiskus Tulis Surat di Tengah Sakit, Titip Pesan Damai ke Palestina

Berita Terbaru

Sekjen Partai Aceh Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak.Ist

Umum

Sekjen Partai Aceh Abu Razak Meninggal Dunia di Mekkah

Rabu, 19 Mar 2025 - 13:36 WIB

Tiga jasad anggota Polri yang tewas ditembak di Lampung. (Foto: Dok. Istimewa)

Peristiwa

Tiga Polisi Tewas Ditembak di Lampung

Rabu, 19 Mar 2025 - 11:37 WIB