Mercinews.com – Beberapa minggu sebelum upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS dan Calon Presiden AS Donald Trump, pihak berwenang AS menerima informasi bahwa badan intelijen Iran diduga mencoba membunuh calon presiden tersebut. Hal ini dinyatakan dalam investigasi CNN, lapor Orda.kz.
CNN menulis bahwa Dinas Rahasia AS telah memperkuat keamanan mantan presiden setelah menerima informasi tersebut. Tim kampanye Trump tidak menjawab pertanyaan apakah perwakilannya diberi tahu tentang persiapan upaya pembunuhan tersebut. FBI juga menolak berkomentar.
Misi Iran di Amerika membantah teori rencana pembunuhan Trump dan menyebutnya “tidak berdasar dan jahat.” Pada saat yang sama, diplomat Iran menekankan bahwa mereka menganggap Donald Trump sebagai “penjahat yang harus diadili” atas keterlibatannya dalam kematian Jenderal Qassem Soleimani (yang meninggal pada tahun 2020 dalam serangan Angkatan Udara AS di bandara Baghdad).
Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN bahwa Iran bermaksud membawa mereka yang bertanggung jawab atas kematian Soleimani ke pengadilan, tetapi hanya melalui “prosedur hukum yang sah.”
Sementara itu, politisi dan media Iran berulang kali menyerukan balas dendam terhadap Soleimani. Anggota pemerintahan Trump telah meningkatkan keamanan mereka setelah meninggalkan jabatannya karena ancaman ini.
Pada tahun 2022, Departemen Kehakiman AS mengajukan tuntutan terhadap Korps Garda Revolusi Islam Iran sehubungan dengan upaya mengatur upaya pembunuhan terhadap John Bolton, yang merupakan penasihat keamanan nasional Trump. Target lain badan intelijen Iran adalah mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.
Namun, belum ada konfirmasi apakah Thomas Matthew Crooks, yang menembak Trump pada 13 Juli, memiliki hubungan dengan Iran.
(m/c)