Meneguhkan Bela Negara di Era Digital

Jumat, 19 Desember 2025 - 14:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketua Umum AMKI Pusar, Tundra Meliala.(Foto:Dok.Mercinews.com)

Ketua Umum AMKI Pusar, Tundra Meliala.(Foto:Dok.Mercinews.com)

“Bangsa yang tangguh bukan hanya lahir dari kekuatan negara, melainkan dari kesadaran warganya untuk bertanggung jawab atas masa depan bersama.”

Oleh Tundra Meliala, Ketua Umum Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) Pusat

Peringatan Hari Bela Negara ke-77 Tahun 2025 yang diperingati pada 19 Desember, dengan tema “Teguhkan Bela Negara untuk Indonesia Maju”, menjadi momen penting untuk menegaskan kembali bahwa kemajuan bangsa tidak pernah lahir dari keadaan yang serba mudah. Indonesia bertumbuh karena daya tahan warganya yang ditopang oleh kesiapsiagaan, disiplin, dan ketangguhan kolektif dalam menghadapi perubahan zaman yang kian cepat dan tak selalu pasti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kita hidup dalam lanskap global yang berlapis tantangan. Rivalitas geopolitik, krisis energi, disrupsi teknologi digital, hingga arus informasi yang mudah dimanipulasi membentuk wajah ancaman baru yang tidak selalu kasatmata. Ancaman terhadap negara tidak lagi hadir semata dalam bentuk konfrontasi fisik, melainkan menjelma sebagai serangan siber, radikalisme, polarisasi sosial, serta bencana alam yang semakin sering terjadi. Dalam situasi demikian, bela negara menuntut pemaknaan yang lebih luas dan kontekstual.

Baca Juga:  Reformasi Polri: Mungkinkah Kapolri Bukan Polisi Karier?

Hari Bela Negara tahun ini juga bertepatan dengan ujian kemanusiaan yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Wilayah-wilayah ini memiliki jejak sejarah penting dalam perjalanan Republik. Aceh, misalnya, sejak masa awal kemerdekaan dikenal sebagai Daerah Modal yang menopang perjuangan bangsa melalui dukungan nyata rakyatnya. Sejarah ini mengingatkan kita bahwa ketahanan nasional selalu bertumpu pada solidaritas dan kesediaan untuk saling menopang di saat krisis.

Dalam pidatonya pada Peringatan Hari Bela Negara ke-77, Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa cinta tanah air harus diwujudkan dalam tindakan nyata membantu sesama yang tertimpa bencana, menjaga ruang digital dari hoaks, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, serta berkontribusi dalam pembangunan sesuai peran masing-masing. Penegasan ini relevan dengan tantangan kebangsaan hari ini, ketika bela negara tidak lagi cukup dimaknai secara simbolik, melainkan harus hadir dalam praktik keseharian warga negara.

Baca Juga:  Integritas ASN Kejaksaan: Landasan Utama Membangun Keputusan Publik

Di era digital, peran media dan warga digital menjadi semakin strategis. Media pers tetap memegang peran penting sebagai penopang demokrasi dan penjaga nalar publik. Namun, pada saat yang sama, masyarakat luas termasuk konten kreator dan pengguna media sosial telah menjadi aktor utama dalam ekosistem informasi. Setiap konten yang diproduksi dan dibagikan membawa konsekuensi sosial, ia dapat memperkuat kohesi kebangsaan atau sebaliknya memperlebar jurang perpecahan.

Karena itu, bela negara hari ini juga berarti menjaga ruang publik digital tetap sehat dan bertanggung jawab. Literasi informasi, etika bermedia, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap unggahan menjadi bagian tak terpisahkan dari ketahanan nasional. Di sinilah bela negara menemukan relevansinya yang paling aktual bukan sebagai slogan, melainkan sebagai sikap hidup.

Baca Juga:  Ketum AMKI Pusat Tundra Meliala Terima Penghargaan Pelestari Budaya dan Pakar Kewirausahaan

Meneguhkan bela negara pada akhirnya adalah meneguhkan optimisme kebangsaan. Indonesia memiliki modal sejarah, sumber daya manusia, dan nilai gotong royong yang kuat untuk melangkah maju. Selama semangat kebersamaan dijaga dan peran setiap warga dijalankan dengan penuh tanggung jawab, Indonesia akan tetap mampu berdiri tegak, bergerak maju, dan bangkit menghadapi setiap tantangan zaman.

*Penulis Tundra Meliala adalah Ketua Umum Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) Pusat dan alumnus Lemhannas RI PPRA 51.

Berita Terkait

UKW: Ujian Kerendahan Hati Seorang Wartawan 
Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya
Rehabilitasi Presiden Harus Menjadi Isyarat Institusi Berbenah
Purbaya: Harapan di Tengah Keretakan Anggaran
Putusan MK, Ingatkan Polri Gunakan Manajemen Talenta
Reformasi Polri: Mungkinkah Kapolri Bukan Polisi Karier?
Smart Governance, Sebuah Keniscayaan untuk Indonesia
Audit Konstitusional Proyek KCIC: Membangun atau Menjerat Kedaulatan Ekonomi?

Berita Terkait

Selasa, 16 Desember 2025 - 04:04 WIB

UKW: Ujian Kerendahan Hati Seorang Wartawan 

Jumat, 12 Desember 2025 - 19:05 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Sabtu, 29 November 2025 - 21:33 WIB

Rehabilitasi Presiden Harus Menjadi Isyarat Institusi Berbenah

Minggu, 23 November 2025 - 12:39 WIB

Purbaya: Harapan di Tengah Keretakan Anggaran

Minggu, 16 November 2025 - 13:20 WIB

Putusan MK, Ingatkan Polri Gunakan Manajemen Talenta

Berita Terbaru