Mercinews.com – Militer Israel mengatakan pada Selasa (7/5/2024) bahwa pasukan mereka telah mengambil kendali penyeberangan Rafah di sisi Gaza, di antara Jalur Gaza dan Mesir, satu hari setelah memerintahkan puluhan ribu warga Palestina meninggalkan area itu, dan meluncurkan serangan udara yang berulang.
Operasi Israel dilakukan beberapa pekan setelah para pejabat mereka mengatakan, serangan di Rafah diperlukan untuk mencapai tujuan mereka mengalahkan Hamas.
Sementara itu, AS, PBB dan pihak lain memperingatkan bahwa meluncurkan serangan di area yang dipenuhi warga sipil Palestina itu bisa menghadirkan bencana kemanusiaan.
“Saya takut ini akan menjadi penyebab jatuhnya lebih banyak korban jiwa, korban jiwa masyarakat sipil. Apapun yang mereka katakan,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrel kepada para jurnalis pada Selasa. “Tidak ada area aman di Gaza,” imbuhnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengutip “tuntutan yang besar dari komunitas internasional” seiring tuntutan negara itu kepada Israel agar berhenti menyerang Gaza dan lebih memilih “melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menghindari bencana kemanusiaan lebih serius di Jalur Gaza”.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengunggah di media sosial bahwa pergerakan negara itu ke Rafah adalah dalam upaya meraih tujuan utamanya, termasuk pembebasan para sandera yang ditahan Hamas dan mengalahkan kelompok militan itu.
Perkembangan di Rafah juga terjadi setelah sebuah pengumuman dari Hamas bahwa kelompok ini telah menerima proposal gencatan senjata yang disusun oleh negosiator dari Mesir dan Qatar.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengatakan pada Senin, bahwa proposal gencatan senjata itu “jauh dari tuntutan utama Israel”, tetapi Israel akan mengirim negosiator ke Kairo untuk melanjutkan pembicaraan.
Sepanjang pekan lalu, upaya untuk mengamankan gencatan senjata diintensifkan. Termasuk di antaranya perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke kawasan itu dan seruan berulang kali kepada Hamas, bahwa Israel telah membuat sejumlah kompromi, dan karena itu Hamas harus menerima proposal tersebut.
Para pejabat Israel mengatakan kepada media bahwa rencana yang disetujui Hamas bukanlah rencana yang akan disetujui Israel. Tetapi tidak jelas apa, jika ada, yang telah berubah dari proposal gencatan senjata yang akan diterima Hamas itu, tetapi ditolak Israel. (*)