Banda Aceh, – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mengirim enam tenaga medis, baik dokter dan perawat, untuk menjadi relawan membantu penanganan korban gempa di Turki.
“Tim berangkat hari ini. Ada enam orang. Mereka dibantu seorang penerjemah yang merupakan mahasiswa Aceh di Istanbul,” kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman di Banda Aceh, Rabu (15/2/2023).
Enam tenaga medis yang diberangkatkan ke Turki tersebut terdiri dokter spesialis bedah, spesialis anestesi, dua dokter umum, perawat serta tim pendukung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Safrizal mengatakan mereka dengan misi kemanusiaan tersebut akan berada selama 10 hari di Turki. Selain membantu korban gempa, mereka juga menyalurkan bantuan hasil donasi dari masyarakat Aceh.
“Insya Allah akan berada di sana selama 10 hari, membawa bantuan untuk para pengungsi dan melakukan need assesment atau analisis kebutuhan,” kata Safrizal.
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala itu mengatakan bantuan yang akan disalurkan tersebut merupakan donasi masyarakat yang dikumpulkan melalui Rumah Amal Universitas Syiah Kuala (USK) dan pengusaha Aceh.
Dari jauh hari, pihaknya juga telah menjalin koordinasi dengan KBRI di Ankara untuk mempermudah proses penyaluran bantuan, sekaligus pemetaan wilayah yang akan diberikan bantuan.
Menurut Safrizal, dukungan USK dan Pemerintah Aceh semakin menguatkan IDI berangkat tim ke Turki untuk membantu para korban terdampak, baik secara medis maupun bantuan kebutuhan sehari-hari.
“Rencana perjalanan, tim akan singgah di posko bantuan Adana di Kota Ankara lalu nanti akan bergerak ke kota Kahrahmanmaras, Turki,” kata Safrizal.
Sementar Korban Meninggal dunia akibat gempa Turki-Suriah per Rabu (15/2) bertambah menjadi 41.132 orang.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan korban meninggal dunia di negaranya kini tembus 35.418 orang, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara korban meninggal gempa di Suriah mencapai 5.714 orang. Jumlah itu termasuk korban tewas di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak.
Dengan demikian, jumlah korban gempa kedua negara menjadi 41.132 orang.
Hingga kini, tim penyelamat baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan.
Korban diperkirakan terus bertambah karena banyak yang masih hilang akibat tertimpa puing-puing bangunan.
Menteri Lingkungan Turki melaporkan setidaknya 24.921 bangunan di selatan dan tenggara Turki roboh maupun rusak parah akibat gempa paling dahsyat dalam 100 tahun terakhir itu.
Gempa di Turki kali ini memang menjadi yang terparah sejak 1939. Kala itu, gempa meluluhlantakkan Erzincan timur dan menewaskan sekitar 33 ribu orang.
Sementara saat ini, korban gempa sudah mencapai lebih dari 35 ribu di Turki.
Bencana ini pun menjadi salah satu gempa bumi paling mematikan di dunia. Gempa Turki-Suriah menduduki peringkat kelima dalam daftar tersebut, melebihi gempa Sri Lanka pada 2004 yang menewaskan 35.399 orang.
Baru-baru ini, Ketua Penanggulangan Bencana PBB, Martin Griffith, memperkirakan korban tewas gempa Turki-Suriah bisa mencapai lebih dari 50 ribu orang.(*)