DENPASAR, MERCINEWS.COM – Dunia akademik kembali berduka. Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana (Unud) ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai empat gedung kampus di Jalan Sudirman, Denpasar, Rabu (15/10/2025) pagi.
Polresta Denpasar membenarkan bahwa korban berinisial TAS merupakan mahasiswa semester VII Program Studi Sosiologi Unud Denpasar. Korban sempat dilarikan ke RSUP Prof IGNG Ngoerah, namun tidak tertolong.
Kepolisian menyebut, berdasarkan rekaman kamera pengawas, korban sempat terlihat datang dari arah lift dengan raut wajah gelisah. Tak lama berselang, pria asal Cimahi Jawa Barat itu ditemukan dalam kondisi kritis di depan lobi gedung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Korban sempat mendapatkan penanganan medis, tetapi dinyatakan meninggal dunia akibat luka serius dan pendarahan internal,” ujar Humas RSUP Prof IGNG Ngoerah, I Dewa Ketut Kresna.
Pihak kampus menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut. Humas Unud Denpasar, Dewi Pascarani, mengatakan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan dekanat dan lembaga terkait untuk memastikan penanganan kasus ini dilakukan secara hati-hati dan berempati.
“Fakultas sedang melakukan pendalaman. Kami berupaya mendampingi mahasiswa dan keluarga korban,” ujarnya.
Komentar Tidak Pantas
Di sisi lain, perhatian publik turut tertuju pada perilaku sebagian mahasiswa yang mengunggah komentar tidak pantas di media sosial setelah kejadian itu.
Sikap tersebut menimbulkan kecaman luas dari masyarakat dan civitas akademika.
Menanggapi hal itu, Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata, menegaskan akan memberikan sanksi edukatif bagi mahasiswa yang terbukti melakukan perundungan.
“Sanksi ini berupa pengurangan nilai softskill selama satu semester dan kewajiban membuat surat serta video permintaan maaf. Ini bukan hukuman, tetapi pembelajaran agar mereka memahami makna empati,” katanya.
Kasus ini membuka perbincangan lebih luas tentang pentingnya dukungan kesehatan mental di lingkungan pendidikan tinggi. Beberapa rekan korban menyebut bahwa TAS dikenal sebagai mahasiswa cerdas namun tertutup, dan diduga mengalami tekanan akademik.
Pakar psikologi sosial menilai, tragedi ini harus menjadi momentum bagi perguruan tinggi untuk memperkuat layanan konseling dan membangun budaya saling peduli di kampus.
“Empati adalah bagian dari pendidikan karakter. Mahasiswa bukan hanya belajar ilmu, tetapi juga kemanusiaan,” ujar seorang dosen FISIP yang enggan disebutkan namanya.(red)






