Aceh Besar,Mercinews.com – TVRI Aceh menyelenggarakan acara syukuran dalam memeriahkan acara ulang tahunnya yang ke-30, yang berlangsung di Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Senin (20/2/2023).
Sementara itu, Gubernur Aceh dalam teks pidatonya yang dibacakan Kepala Diskominsa Aceh Marwan Nusuf mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada keluarga besar TVRI Stasiun Aceh.
Semoga di usia yang semakin matang ini, TVRI Stasiun Aceh semakin mampu menunjukkan eksistensinya sebagai perekat kesatuan dan persatuan bangsa. Sesuai mottonya, “Terus berkarya untuk Negeri,”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita berharap TVRI Stasiun Aceh mampu menghasilkan karya-karya informasi yang sesuai perkembangan zaman,” ucapnya.
Kadiskominsa itu pun sedikit mengulas perjalan Stasiun TVRI di Banda Aceh, di mana sebenarnya sudah ada pada tahun 1980-an, namun ketika itu masih dinamakan Stasiun Produksi keliling (SPK) yang berfungsi sebagai koresponden TVRI.
Tapi seiring kemajuan zaman, pada 18 Februari 1993 status SPK itu meningkat menjadi Stasiun TVRI Aceh.
Selanjutnya, Momentum 18 Februari 1993 kemudian ditabalkan sebagai hari berdirinya TVRI Stasiun Aceh, sehingga pada hal tahun ini TVRI Stasiun Aceh telah genap berusia 30 tahun.
“Sebagai televisi pionir, kita berharap TVRI tetap mampu berperan sebagai penyebar informasi bagi kepentingan bangsa,” ujarnya.
Marwan Nusuf menjelaskan, bahwa media pertelevisian telah masuk dalam lingkup persaingan global sehingga sekarang ini tidak sulit bagi masyarakat untuk menonton siaran televisi swasta nasional dan siaran televisi asing.
Semua televisi itu tampil dengan aneka acara yang menarik, mulai dari informasi yang up to date, sajian olahraga dan hiburan yang menarik.
Dalam hal ini, mau tidak mau, sebutnya, TVRI Stasiun Aceh tentunya dituntut untuk mampu bersaing dengan mereka. Di sinilah perlunya kecerdasan dalam mengemas acara agar stasiun televisi ini semakin dicintai oleh pemirsanya.
Lebih lanjut, ia mengibaratkan makanan yang ada di pasaran, sekarang banyak sekali menu modern yang ditawarkan. Ada pizza, ada French fries,
Namun yang namanya Mie caluk, Kuah pliek u, Kuah sie itiek, timpan dan kue tradisional lainnya tetap tidak pernah ditinggalkan masyarakat Aceh. Bagaimanapun pesatnya arus masuk makanan asing, makanan tradisional tetap berjaya.
TVRI Stasiun Aceh selayaknya menerapkan filosofi ini. Jika hal ini dapat diperkuat, saya percaya TVRI Stasiun Aceh tidak hanya digemari masyarakat, tapi juga dapat berperan mempertahankan budaya bangsa.
“Dengan alasan itu, saya tetap berkeyakinan, TVRI Stasiun Aceh akan selalu kita butuhkan walau persaingan televisi nasional kian ketat,” ujarnya.
Intinya saya ingin manyampaikan bahwa TVRI stasiun Aceh ini tidak bisa disamakan dengan TV swasta. TVRI Stasiun Aceh tidak semata-mata sebuah badan usaha, tapi juga ada tanggungjawab moral yang harus dijalaninya sebagai perekat kebangsaan kita.
“Mudah-mudahan semangat ini dapat terus diperkuat, sehingga TVRI Stasin Aceh selalu ada di hati masyarakat kita,” jelasnya.(*)