Jakarta, Mercinews.com – Perusahaan digital asal Amerika Serikat, Google memutuskan untuk menjeda monetisasi konten, berkaitan dengan perang di Ukraina. Khususnya konten yang mengeksploitasi, menyepelekan, atau membenarkan adanya peperangan.
Pengumuman itu disampaikan Google melalui notifikasi ke para pengguna Google Adsense di seluruh dunia.
“Penayang yang terhormat, karena adanya perang di Ukraina, kami akan jeda monetisasi konten yang mengeksploitasi, menyepelekan, atau membenarkan perang tersebut,” ujar Tim Google AdSense dalam pemberitahuannya di email, dikutip pada Jumat (15/4/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Google memastikan telah memberlakukan perubahan ini pada klaim yang berkaitan dengan perang, terutama jika klaim tersebut melanggar kebijakan yang ada.
Misalnya seperti konten yang berbahaya, menghina, hingga konten yang mendorong adanya kekerasan atau menyangkal adanya sebuah peristiwa tragis.
Perusahaan juga menyampaikan bahwa perubahan tersebut ditujukan untuk memperjelas dan melengkapi panduan, terutama bagi para mitra di seluruh dunia terkait konflik yang terjadi di Ukraina belakangan ini.
Penjedaan ini berlaku untuk, tetapi tidak terbatas pada, klaim yang menyiratkan bahwa korban bertanggung jawab atas tragedi yang mereka derita atau klaim serupa yang menyalahkan korban, seperti klaim bahwa Ukraina melakukan genosida atau dengan sengaja menyerang warganya sendiri,” kata Tim Google AdSense,
Pada 24 Februari 2022, dunia dikejutkan dengan serangan Rusia ke Ukraina, setelah sebelumnya Moskow mengatakan tidak akan menyerang negara tetangganya tersebut. Banyak kecaman diterima Presiden Vladimir Putin dan pejabat Rusia lainnya.
Hingga akhir Februari, negara Barat khususnya anggota NATO menjatuhkan sanksi kepada Putin dan pejabat tinggi Rusia, serta sanksi ekonomi untuk Moskow
Rusia terus habis-habisan menggempur Ukraina. Satu juta warga Kherson mengungsi karena kota mereka diserang penuh oleh Rusia. Di bulan ini pula, pasukan Rusia menghancurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, dan kembali mendapat kecaman.
Rusia juga mengebom teater di kota pelabuhan selatan Mariupol, pada 15 Maret, menewaskan 300an pasukan Ukraina dan warga sipil, yang berlindung di sana. Menembakkan 30 rudal jelajah ke pangkalan pelatihan militer di Yavoriv, yang menewaskan 35 orang.
Di saat serangan sedang gencar-gencarnya dilakukan, Rusia mulai merasakan dampak sanksi AS dan sekutu. Akhirnya, Negeri Beruang Merah itu kembali memusatkan serangannya di timur Ukraina:(*)