Mercinews.com (Aceh Utara) – Saat ini, nelayan di kawasan Seuneudon, Kabupaten Aceh Utara menghadapi tekanan berat akibat mahalnya harga bahan bakar solar.
Bayangkan, meski pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) solar subsidi Rp6.800.- per liter. Nelayan justru harus membeli dengan harga jauh di atas ketentuan tersebut.
Dugaan praktik penjualan di atas HET terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) ‘Berkat’, yang menjadi titik distribusi bagi para nelayan setempat. Berdasarkan informasi di lapangan, SPBN Berkat diduga menjual solar kepada pengecer seharga Rp7.150.- per liter.
Harga tersebut kemudian melonjak drastis ketika dijual kembali oleh pengecer kepada nelayan, yaitu mencapai Rp8.000.- per liter. “Kami harus beli solar dengan harga Rp8.000 per liter dari pengecer.
Padahal pemerintah bilang solar subsidi itu cuma Rp6.800-. Ini memberatkan kami,” keluh seorang nelayan di Seneudon yang ingin identitasnya dirahasiakan karena takut di intimidasi, Selasa, 20 Mei 2025.
Kondisi ini memicu keresahan di kalangan nelayan yang kini harus menanggung biaya operasional lebih tinggi. Mereka mengaku pendapatan bersih semakin menurun karena sebagian besar hasil tangkapan habis untuk menutupi biaya bahan bakar.(*)






