Jakarta, Mercinews.com – Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI) Aat Surya Safaat memberikan apresiasi kepada Aqsa Working Group (AWG) atas konsistensi mereka dalam menyelenggarakan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2025. Menurut Aat, kegiatan tahunan ini menjadi bentuk nyata dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina, baik secara moral maupun politik.
“BSP yang digelar AWG bukan sekadar simbol, tetapi wujud penguatan dukungan bangsa Indonesia kepada Palestina, sebagaimana diwariskan para pemimpin nasional sejak era Presiden Soekarno,” ujar Aat di Jakarta, Minggu (16/11), saat berbincang dengan wartawan mengenai rangkaian kegiatan BSP yang berlangsung sepanjang November 2025.
Aat menekankan bahwa bulan November memiliki makna historis dalam perjuangan rakyat Palestina. Sejumlah peristiwa penting yang terjadi pada bulan tersebut antara lain Deklarasi Balfour (1917), wafatnya Yasser Arafat (2004), Deklarasi Kemerdekaan Palestina di Aljazair (1988), wafatnya tokoh perlawanan Izzuddin Al-Qassam (1935), serta partition plan Palestina oleh PBB pada 29 November 1947 yang kini diperingati sebagai Hari Solidaritas Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
BSP 2025 mengusung tema “Bergerak berjemaah, bangun kembali Gaza demi pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.” Aat mengatakan, tema ini menjadi panggilan moral untuk terus meneguhkan kesadaran publik mengenai pentingnya perlawanan terhadap penjajahan Zionis Israel.
Menurut Aat, kegiatan ini juga menjadi bagian dari gerakan global masyarakat sipil dalam membela Palestina, yang kini didukung berbagai bangsa tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang.
Sepanjang November 2025, AWG bersama jaringan dan mitra nasional menyelenggarakan beragam kegiatan edukasi dan aksi sosial untuk menggugah kesadaran publik. Beberapa agenda utama antara lain pengibaran bendera Palestina dan Indonesia di 23 gunung di seluruh Indonesia, pengibaran bendera di Sungai Kapuas dan Sungai Mahakam, expo Palestina dan bedah buku di Taman Ismail Marzuki, Festival Baitul Maqdis, serta kuliah umum dan talkshow tentang sejarah dan perjuangan Palestina.
Peran Diplomasi
Aat juga menyoroti peran AWG yang selama 17 tahun konsisten menjalankan diplomasi jalur kedua (second track diplomacy) untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina. Diplomasi jalur pertama (first track diplomacy) tetap dijalankan pemerintah, namun menurutnya tidak selalu cukup efektif menjangkau publik internasional.
“Maka, diplomasi publik melalui second track diplomacy sangat dibutuhkan untuk melengkapi aktivitas diplomasi pemerintah,” ujar Aat, yang pernah menjabat Kepala Biro ANTARA New York (1993–1998) dan Direktur Pemberitaan ANTARA (2016).
Aat menambahkan, sekitar 80 persen aktivitas AWG berfokus pada edukasi dan sosialisasi mengenai pembebasan Masjid Al-Aqsa serta perjuangan kemerdekaan Palestina di berbagai forum.
“Sisanya, sekitar 20 persen merupakan kegiatan penggalangan dana (fundraising),” ujar Aat, yang juga Direktur Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat dan aktif dalam berbagai kegiatan terkait perjuangan Palestina di Indonesia.
Dalam kerangka diplomasi jalur kedua itu, AWG di bawah naungan Pesantren Al-Fatah bersama Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dan Maemuna Center Indonesia menginisiasi pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Gaza City, Palestina.
AWG sendiri didirikan di Jakarta pada 21 Agustus 2008 sebagai wadah gerakan masyarakat Muslim Indonesia dalam mendukung pembebasan Masjid Al-Aqsa serta perjuangan rakyat Palestina secara moral dan politik.(red)






