Banda Aceh, Mercinews.com – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh Lukman menegaskan bahwa kasus HIV/AIDS di kota setempat yang mencapai 198 orang bukan semuanya warga lokal, melainkan dari lainnya di provinsi Aceh.
“Dari 198 kasus HIV/AIDS tersebut dominannya bukan warga Banda Aceh,” kata Lukman, di Banda Aceh, Jumat (14/4/2023)
Lukman menjelaskan, kenapa 198 kasus tersebut masuk dalam data Banda Aceh, hal itu karena penderita melakukan pengobatan atau pemeriksaan kesehatan di rumah sakit yang berada di ibu kota provinsi Aceh itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Itu merupakan hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin atau RSUDZA (RS Pemprov Aceh berkedudukan di Banda Aceh). Maka kasusnya masuk Banda Aceh,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinkes Aceh, hingga laporan terakhir Februari 2023, kasus HIV/AIDS di Banda Aceh sudah mencapai 198 orang dengan rincian 167 penderita HIV dan 37 AIDS. Angka tersebut terhitung dari penderita sejak tahun 2008 hingga.
Rinciannya, pada 2008 enam kasus, 2009 dua, 2010 tiga, 2011 satu, 2012 dua, 2013 satu, 2014 dua, 2015 enam, 2016 enam, 2017 sepuluh, 2018 tujuh, 2019 sepuluh.
Kemudian, pada 2020 lima kasus, 2021 melonjak 35 kasus, 2022 naik menjadi 88 kasus. Artinya jika total saat ini 198, maka hingga Februari 2023 sudah ada empat kasus.
“Berdasarkan jenis kelamin itu penderita laki-laki 90 persen, dan perempuan hanya 10 persen,” katanya.
Lukman menyampaikan, upaya penanggulangan kasus HIV/AIDS di Banda Aceh antara lain melakukan survey pemetaan populasi kunci, pemeriksaan/skrining tes untuk semua ibu hamil, pasien TB, pasien IMS dan warga binaan di Rutan serta Lapas.
Kemudian, pengaktifan mobile klinik oleh tim HIV Puskesmas pada populasi kunci atau yang beresiko terjadi penularan HIV. Penyuluhan melalui program PKPR/UKS remaja di sekolah oleh petugas puskesmas.
“Serta pelayanan perawatan dan dukungan pengobatan (PDP) di Puskesmas Meuraxa dan Kuta Alam, RSUZA Banda Aceh, RSUD Meuraxa dan RS Pertamedika,” demikian Lukman. [m/c]