Jakarta, Mercinews.com – Acara adat Hindu Bali Mepamit yang berlangsung kemarin juga membuat publik bertanya perihal agama Rizky Febian maupun Mahalini.
Rizky Febian diketahui beragama Islam, sementara itu Mahalini meyakini ajaran Hindu.
Publik lantas penasaran perihal Rizky Febian atau Mahalini yang memutuskan pindah agama mengikuti pasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam sebuah kesempatan, Sule sempat menjelaskan bahwa Mahalini yang memutuskan untuk mualaf.
Salah seorang tokoh agama Hindu bernama I Gede Pasek Suardika lantas memberikan pandangan mengenai Mahalini pindah agama Islam.
“Bagi saya, semua orang berhak mencari jalan kebahagiaan masing masing dan diyakini itu adalah pilihannya yang tepat. Serta tidak pantas pihak lain harus mengontestasikan agama mana yang menang dalam tarik menarik tersebut,” ungkap I Gede Pasek Suardika dalam unggahan Facebook yang dikutip pada Selasa (7/5).
“Dalam Islam ada istilah Mualaf bagi yang masuk mengikuti agama Islam dan dalam Hindu ada istilah Dharmika bagi yang kembali ke ajaran Sanatana Dharma, yaitu Hindu. Itu adalah label ketika terjadi hijrah keyakinan secara formal, tetapi tetap saja itu hak pribadi masing masing,” sambungnya.
Gede Pasek Suardika lantas menyoroti soal acara Mepamit yang digelar keluarga Mahalini dan Rizky Febian.
Ternyata, sejumlah ajaran Hindu tidak pernah melarang keikutsertaan umat beragama lain.
“Dalam Hindu tidak ada doktrin harus berlabelkan formal agama Hindu untuk meyakini dan menjalani Tata Etika dan Rituil Hindu. Sehingga jangan kaget jika Yoga bisa didalami oleh siapapun tanpa pindah agama, melukat menjadi tradisi healing kelas satu bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Belum lagi mebayuh oton, meaben dan upacara upacara lainnya tanpa harus pindah agama. Karena yang disentuh adalah jiwanya bukan KTP nya. Mau percaya Karmaphala, Reinkarnasi tidak mesti ber-KTP Hindu,” ungkap Gede.
Jika setelah menjalani, meyakini relegiusitas Hindu tanpa pindah agama asal, tidak akan pernah ada yang memasalahkan, santai saja. Jika ingin totalitas bisa dengan Upacara Sudi Wadani sehingga lahir bathin serta label berada dalam satu frekwensi Sanatana Dharma. Jadi murni itu pilihan hati nurani masing masing,” sambungnya.
Khusus merujuk ke tradisi Mepamit, Gede menilai bahwa hal tersebut tidak serta-merta membuat Mahalini yang memilih mualaf jadi putus hubungan dengan leluhurnya.
“Saya orang yang tidak percaya dengan istilah upacara mepamit sebagai bentuk, putusnya hubungan keyakinan dengan leluhurnya. Sebab tidak ada kekuatan apapun termasuk puja Sulinggih manapun yang mampu memutus hubungan seseorang dengan leluhurnya. Jadi jika pindah keyakinan itu hanya matur piuning saja dan hubungan keleluhuran tetap akan terikat. Tentu hanya manusia yang rusak struktur kejiwaannya dengan sengaja akan memutuskan hubungan dengan leluhurnya. Contoh seperti Kasus Ibu Desak Darmawati yang berpindah agama lalu mencela dan menjelek-jelekan karya dan religi leluhurnya sendiri. Jika melupakan leluhur, maka percaya atau tidak pasti kehancuran akan terjadi. Sebab akarnya sudah tercerabut maka setinggi dan sebesar apapun pohon kehidupan yang telah direngkuh akan roboh oleh hembusan angin,” jelas Gede.
Gede merasa bahwa publik sepatutnya tidak mempermasalahkan keputusan Mahalini mualaf demi menikah dengan Rizky Febian.
“Perkawinan hanyalah salah satu tahapan kehidupan Grehasta Asrama. Dimana di dalamnya ada suka duka lara dan ujungnya pati. Maka saling mendoakan yang terbaik adalah yang tepat dilakukan dibandingkan harus menghakimi pilihan seseorang,” ujar Gede.
“Mari doakan, siapapun yang menikah dengan pilihan agama apapun bisa berbahagia. Hanya satu pesan, setelah memilih meninggalkan yang lama tidak, perlu menjelekkan agama asalnya. Tidak ada untungnya juga. Demikian pendapat saya atas beberapa pihak yang bertanya melihat fenomena pernikahan dua artis tersebut,” tutupnya.(*)